Promosi dalam Bahasa Belanda film "Loetoeng Kasarong", film yang pernah diputar di bumi nusantara semasa Hindia Belanda |
Mungkin masih banyak anak muda sekarang yang tidak mengenal Hindia Belanda. Hindia Belanda adalah nama wilayah jajahan Belanda sebelum memerdekaan diri menjadi negara berdaulat yang bernama Indonesia. Seperti sekarang film-film baik produksi impor atau lokal menyerbu bioskop di tanah air, ternyata sewaktu bernama Hindia Belanda, bumi nusantara juga mengenal film. Cuma waktu itu gambarnya masih hitam-putih.
Sebanyak 112 film fiksi diketahui pernah dibuat di Hindia Belanda, sejak 1926 sampai pembubaran koloni ini tahun 1949. Film pertama ditayangkan di impor dari luar negeri pada akhir 1900, dan pada awal 1920-an. Film serial dan fiksi impor ditayangkan di negara ini, biasanya dengan judul yang diterjemahkan. Perusahaan-perusahaan Belanda juga membuat film dokumenter seputar Hindia Belanda dan ditayangkan di Belanda.
Laporan pertama mengenai pembuatan film fiksi di Hindia Belanda sudah ada sejak 1923, meski karya tersebut tidak selesai dibuat. Film buatan lokal pertama, Loetoeng Kasaroeng, disutradarai oleh L. Heuveldorp dan dirilis tanggal 31 Desember 1926.
Antara 1926 dan 1933, sejumlah film lokal dirilis. Meski orang Belanda seperti Heuveldorp dan G. Kruger terus aktif dalam industri ini, kebanyakan pembuat film dan produsernya merupakan etnis Cina. Tan Bersaudara (Khoen Yauw dan Khoen Hian) dan The Teng Chun adalah produser terbesar waktu itu, sedangkan Wong Bersaudara (Nelson, Othniel, dan Joshua) merupakan sutradara paling terkenal waktu itu.
Sepanjang pertengahan 1930-an, produksi film turun seiring Depresi Besar. Peluncuran Terang Boelan karya Albert Balink tahun 1937 menjadi awal kemunculan ketertarikan masyarakat pada industri perfilman, dan pada tahun 1941 ada tiga puluh film yang dibuat di dalam negeri.
Tingkat produksi ini menurun setelah pendudukan Jepang dimulai pada awal 1942 yang menutup semua kecuali satu studio. Akibatnya, beberapa film yang sudah mulai dibuat tahun 1941 baru dirilis beberapa tahun kemudian. Mayoritas film yang dibuat selama masa pendudukan adalah rekaman-rekaman propaganda pendek. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 dan Revolusi Nasional Indonesia, beberapa film dibuat oleh produser pro-Belanda dan pro-Indonesia. Belanda secara resmi mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949 yang otomatis membubarkan Hindia Belanda.
Umumnya, film yang dibuat di Hindia Belanda memiliki alur cerita tradisional atau diadaptasi dari karya yang sudah ada. Film-film pertama waktu itu di bawah tahuan 1930-an masih bisu, tanpa suara. Lalu Karnadi Anemer Bangkong (1930) dirilis sebagai film bicara pertama di Hindia Belanda. Film-film selanjutnya memakai bahasa Belanda, Melayu, atau bahasa pribumi. Semuanya hitam putih.
Menurut sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran, film-film yang dirilis pada masa itu tidak dapat dikelompokkan sebagai film Indonesia sejati, karena tidak ada rasa nasionalisme di dalam ceritanya. Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film sejak sebelum 1950 dianggap hilang dari peredaran. Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.
Inilah 71 film yang dibuat pada
masa Hindia Belanda sesuai abjad :
A
B
D
E
F
G
H
I
K
L
M
- Matjan Berbisik
- Matula
- Mega Mendoeng
- Melati van Agam (film 1931)
- Melati van Agam (film 1940)
- Moestika dari Djemar
N
O
P
R
S
- Sam Pek Eng Tay
- Setangan Berloemoer Darah
- Si Gomar
- Si Pitoeng (film 1931)
- Si Ronda
- Si Tjonat
- Singa Laoet
- Siti Akbari
- Siti Noerbaja
- Sorga Ka Toedjoe
- Sorga Palsoe
- Srigala Item
Tidak ada komentar:
Posting Komentar